1 komentar

MAKALAH MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Minggu, 10 Juni 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Desain Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design). Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional System Development).
Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran:
a.       Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual
b.      Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang
c.       Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal
d.      Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia
e.       Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System Approach)
B.     Rumusan masalah
  1. Apa pengertian desain dan pengembangan pembelajaran?
  2. Apa hubungan desain pembelajaran dengan pendidikan?
  3. Bagaimana model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran?
C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian desain dan pengembangan pembelajaran
  2. Untuk mengetahui hubungan antara desain pembelajaran dengan pendidikan
  3. Untuk mengetahui model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
A.    Pengertian
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut :
1.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.      Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.      Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.      Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).
5.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 )
6.      Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan keterampilan siswa.
John Dewey (1900) menyatakan bahwa pendidikan memerlukan “linking science” antara teori belajar dan praksis pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk mencapai outcome pembelajaran.
Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu (1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori belajar.

B.     Hubungan Antara Desain Pembelajaran Dengan Pendidikan
Secara umum bidang pendidikan terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Nampaknya terdapat overlap antara kurikulum dan pembelajaran. Namun kita dapat membedakan keduanya. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
Di bawah ini penjelasan hubungan antara pembelajaran dengan kelima kawasan pembelajaran:
1.      Pembelajaran
Bidang pembelajaran terdiri dari lima kegiatan pokok: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Masing-masing kegiatan dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang pembelajaran. Kegiatan ini berkenaan dengan pemahaman dan perbaikan cara-cara untuk mencapai hasil yang optimal.
2.      Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses penentuan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam diri siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan isi pembelajaran dan siswa tertentu. Ibarat orang yang akan membuat rumah, desain pembelajaran adalah blueprint yang dibuat oleh seorang arsitek. Blueprint ini menyatakan metode apa yang seharusnya digunakan untuk materi dan siswa tertentu. Desain pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai metode pembelajaran, bagaimana memadukan metode-metode yang ada, dan situasi-situasi yang memungkinkan penggunaan metode-metode tersebut secara optimal.
3.      Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat, dan rencana pembelajaran.
4.      Pemanfaatan Pembelajaran
Pemanfaatan pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan serta penggunaan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Pemanfaatan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan prosedur-prosedur yang optimal untuk mencapai outcome yang optimal. Hasil dari pemanfaatan pembelajaran adalah program pembelajaran yang telah dimodifikasi sedemikan rupa sehingga menghasilkan efektivitas program yang optimal. Pemanfaatan pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai prosedur pemanfaatan, perpaduan prosedur yang optimal, dan situasi-situasi yang memungkinkan optimalisasi model-model pemanfaatan.
5.      Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran terkait dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pengelolaan penggunaan program pembelajaran yang diimplementasikan. Pengelolaan yang dimaksud hanya berkenaan dengan satu program pembelajaran dalam sebuah lembaga. Pengelolaan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan jadwal yang optimal, teknik pengumpulan data tentang kemajuan siswa dan kelemahan program, prosedur penilaian, revisi program, dan lain-lain. Hasil yang diharapkan adalah penggunaan dan pemeliharaan program pembelajaran yang diimplementasikan.
6.      Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran berkaitan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode penilaian efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan sebelumnya: seberapa baik program pembelajaran didesain, seberapa jauh program ini dikembangkan, apakah dimanfaatkan dengan baik, dan seberapa baik program ini dikelola. Hasil dari evaluasi ini adalah deskripsi kekurangan yang ada, konsekuensi-konsekuensinya, dan rekomendasi untuk perbaikan.
C.    Model-Model Pengembangan Desain Pembelajaran
1.      Model dan desain pembelajaran yang dikembangkan:
a.       Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs[1]
Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan desain intruksional sebagai berikut :
1.      Analisis dan identifikasi kebutuhan
2.      Penetapan tujuan umum dan khusus
3.      Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4.      Merancang komponen dari sistem
5.      Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.      Kegiatan untuk mengatasi kendala
7.      Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8.      Merancang prosedur penelitian murid
9.      Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10.  Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11.  Evaluasi sumatif
12.  Pelaksanaan operasional
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.
b.      Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:
  1. Merumuskan tujuan
  2. Menganalisis tujuan tugas belajar
  3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
  4. Memilih metode dan media
  5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
  6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
c.       Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75). Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1.      Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
a.       Menggunakan istilah yang operasional
b.      Berbentuk hasil belajar
c.       Berbentuk tingkah laku
d.      Hanya satu jenis tingkah laku
2.      Pengembangan alat penilaian
a.       Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
b.      Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
3.      kegiatan belajar
a.       Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b.      Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c.       Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
4.      Pengembangan program kegiatan
a.       Merumuskan materi pelajaran
b.      Menetapkan model yang dipakai
c.       Alat pelajaran/buku yang dipakai
d.      Menyusun jadwal
5.      Pelaksanaan
a.       Mengadakan pretest
b.      Menyampaikan materi pelajaran
c.       Mengadakan posttest
d.      Perbaikan
d.      Model J.E. Kemp
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1.      Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2.      Menganalisis karakteristik peserta didik
3.      Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4.      Menentukan materi pelajaran
5.      Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6.      Menentukan strategi belajar mengajar
7.      Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8.      Mengadakan evaluasi
9.      Model Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu :
1.      Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.      Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3.      Perumusan tujuan
4.      Analisis tugas/tujuan
5.      Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.      Menentukan jenjang belajar
7.      Penentuan kegiatan belajar.
8.      Pemantauan bersama
9.      Evaluasi formatif
10.  Evaluasi sumatif
e.       Model Gerlach dan Ely
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar.. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1.      Merumuskan tujuan instruksional
2.      Menentukan isi materi pelajaran
3.      Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.      Menentukan teknik dan strategi
5.      Pengelompokan belajar
6.      Menentukan pembagian waktu
7.      Menentukan ruang
8.      Memilih media intruksional yang sesuai
9.      Mengevaluasi hasil belajar
10.  Menganalisis umpan balik
f.       Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam langkah pokok yaitu :
1.      Merumuskan tujuan
2.      Mengembangkan tes
3.      Menganalisis kegiatan belajar
4.      Mendesain sistem intruksional
5.      Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
6.      Merumuskan tujuan intruksional
g.      Model Dick and Carey[2]
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
1.      Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
2.      Melakukan Analisis Pembelajaran.
3.      Menganalisis siswa dan konteks.
4.      Merumuskan tujuan khusus.
5.      Mengembangkan instrumen penilaian.
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran.
7.      Mengembangkan materi pembelajaran.
8.      Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9.      Merevisi Pembelajaran.
10.  Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
h.      Model Desain Pembelajaran Versi Pekerti (2001)
Dikti, melalui Program Pekerti (Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional), yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi mengembangkan model desain pembelajaran yang dikenal dengan MPI (Model Pengembangan Instruksional), dimana untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah sebagai berikut:
1.      Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)
2.      Melakukan analisis instruksional
3.      Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa
4.      Menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK)
5.      Menulis tes acuan patokan
6.      Menyusun strategi instruksional
7.      Mengembangkan bahan ajar
8.      Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.        Model Pengembangan Instruksional (MPI) versi Pekerti, 2001
Dalam rangka implementasi kurikulum yang sedang berlaku, sejumlah istilah yang menyangkut langkah-langkah tersebut sudah harus disesuaikan dengan perkembangan (trend) yang terjadi. Namun, secara konseptual, sebagai referensi model-model tersebut kiranya sangat bermanfaat untuk dikaji dan diimplementasikan dimana konsep-konsep tertentu masih relevan.
D.    Memilih Model Desain Pembelajaran
Oleh karena begitu banyaknya model biasanya kita lalu dihadapkan pada pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal memilih model ini setidaknya ada lima criteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih model pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model yang:
1.      Sederhana: bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti, mengikuti dan menggunakannya
2.      Lengkap: suatu model pengembangan desain pembelajaran yang lengkap haruslah mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi, pengembangan dan evaluasi
3.      Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih hendaklah dapat diterima dan dapat diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4.      Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak saja berlaku untuk pola belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses belajar mengajar yang lebih luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara fisik maupun yang tidak
5.      Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas dan teruji/terbukti dapat memberikan hasil yang baik.
Apabila model-model yang sudah ada ternyata tidak ada yang memenuhi kelima criteria tersebut maka masih ada kemungkinan untuk mengembangkan model yang baru yang sesuai dengan sikon kita. Bisa dengan menciptakan yang baru atau cukup dengan memodifikasi model yang sudah ada.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi. Desain dan pengembangan sering dianggap sama oleh para ahli namun dari segi harfiah desain itu artinya membuat sketsa/pola/outline atau rencana pendahuluan. Sedangkan pengembangan artinya membuat tumbuh agar menjadi lebih baik, lebih besar, lebih efektif dan lain sebagainya.
Desain dan pengembangan memiliki keterkaitan karena dalam tubuh desain itu ada pengembangan. Desain pembelajaran memiliki 5 aspek penting yaitu: pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Adapun pengembangan itu merupakan proses menentukan, menciptakan situasi dan kondisi. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat dan rencana pembelajaran.







DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Hamzah. 2007. Perencanaan pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara
Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Baker, Robert L & Richard R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.
Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
Reigeluth, Charles M. 1983, “Instructional Design Theories and Models: An Overview of their Current Status”, London, Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Mukminan, 2004, “Desain Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain Pembelajaran”, Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY
Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Nirmana Vol. 1, No. 1, Januari 1999: 1-11.


[1] Lukmanul Hakim. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:  CV Wacana Prima Hal- 127
[2] Hamzah. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hal-22

1 Responses:

Anonim Says:

bagus buat makalahku

MAKALAH MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Desain Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design). Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional System Development).
Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran:
a.       Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual
b.      Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang
c.       Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal
d.      Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia
e.       Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System Approach)
B.     Rumusan masalah
  1. Apa pengertian desain dan pengembangan pembelajaran?
  2. Apa hubungan desain pembelajaran dengan pendidikan?
  3. Bagaimana model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran?
C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian desain dan pengembangan pembelajaran
  2. Untuk mengetahui hubungan antara desain pembelajaran dengan pendidikan
  3. Untuk mengetahui model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
A.    Pengertian
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut :
1.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.      Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.      Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.      Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).
5.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 )
6.      Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan keterampilan siswa.
John Dewey (1900) menyatakan bahwa pendidikan memerlukan “linking science” antara teori belajar dan praksis pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk mencapai outcome pembelajaran.
Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu (1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori belajar.

B.     Hubungan Antara Desain Pembelajaran Dengan Pendidikan
Secara umum bidang pendidikan terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Nampaknya terdapat overlap antara kurikulum dan pembelajaran. Namun kita dapat membedakan keduanya. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
Di bawah ini penjelasan hubungan antara pembelajaran dengan kelima kawasan pembelajaran:
1.      Pembelajaran
Bidang pembelajaran terdiri dari lima kegiatan pokok: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Masing-masing kegiatan dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang pembelajaran. Kegiatan ini berkenaan dengan pemahaman dan perbaikan cara-cara untuk mencapai hasil yang optimal.
2.      Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses penentuan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam diri siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan isi pembelajaran dan siswa tertentu. Ibarat orang yang akan membuat rumah, desain pembelajaran adalah blueprint yang dibuat oleh seorang arsitek. Blueprint ini menyatakan metode apa yang seharusnya digunakan untuk materi dan siswa tertentu. Desain pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai metode pembelajaran, bagaimana memadukan metode-metode yang ada, dan situasi-situasi yang memungkinkan penggunaan metode-metode tersebut secara optimal.
3.      Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat, dan rencana pembelajaran.
4.      Pemanfaatan Pembelajaran
Pemanfaatan pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan serta penggunaan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Pemanfaatan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan prosedur-prosedur yang optimal untuk mencapai outcome yang optimal. Hasil dari pemanfaatan pembelajaran adalah program pembelajaran yang telah dimodifikasi sedemikan rupa sehingga menghasilkan efektivitas program yang optimal. Pemanfaatan pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai prosedur pemanfaatan, perpaduan prosedur yang optimal, dan situasi-situasi yang memungkinkan optimalisasi model-model pemanfaatan.
5.      Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran terkait dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pengelolaan penggunaan program pembelajaran yang diimplementasikan. Pengelolaan yang dimaksud hanya berkenaan dengan satu program pembelajaran dalam sebuah lembaga. Pengelolaan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan jadwal yang optimal, teknik pengumpulan data tentang kemajuan siswa dan kelemahan program, prosedur penilaian, revisi program, dan lain-lain. Hasil yang diharapkan adalah penggunaan dan pemeliharaan program pembelajaran yang diimplementasikan.
6.      Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran berkaitan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode penilaian efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan sebelumnya: seberapa baik program pembelajaran didesain, seberapa jauh program ini dikembangkan, apakah dimanfaatkan dengan baik, dan seberapa baik program ini dikelola. Hasil dari evaluasi ini adalah deskripsi kekurangan yang ada, konsekuensi-konsekuensinya, dan rekomendasi untuk perbaikan.
C.    Model-Model Pengembangan Desain Pembelajaran
1.      Model dan desain pembelajaran yang dikembangkan:
a.       Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs[1]
Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan desain intruksional sebagai berikut :
1.      Analisis dan identifikasi kebutuhan
2.      Penetapan tujuan umum dan khusus
3.      Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4.      Merancang komponen dari sistem
5.      Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.      Kegiatan untuk mengatasi kendala
7.      Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8.      Merancang prosedur penelitian murid
9.      Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10.  Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11.  Evaluasi sumatif
12.  Pelaksanaan operasional
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.
b.      Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:
  1. Merumuskan tujuan
  2. Menganalisis tujuan tugas belajar
  3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
  4. Memilih metode dan media
  5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
  6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
c.       Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75). Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1.      Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
a.       Menggunakan istilah yang operasional
b.      Berbentuk hasil belajar
c.       Berbentuk tingkah laku
d.      Hanya satu jenis tingkah laku
2.      Pengembangan alat penilaian
a.       Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
b.      Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
3.      kegiatan belajar
a.       Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b.      Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c.       Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
4.      Pengembangan program kegiatan
a.       Merumuskan materi pelajaran
b.      Menetapkan model yang dipakai
c.       Alat pelajaran/buku yang dipakai
d.      Menyusun jadwal
5.      Pelaksanaan
a.       Mengadakan pretest
b.      Menyampaikan materi pelajaran
c.       Mengadakan posttest
d.      Perbaikan
d.      Model J.E. Kemp
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1.      Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2.      Menganalisis karakteristik peserta didik
3.      Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4.      Menentukan materi pelajaran
5.      Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6.      Menentukan strategi belajar mengajar
7.      Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8.      Mengadakan evaluasi
9.      Model Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu :
1.      Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.      Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3.      Perumusan tujuan
4.      Analisis tugas/tujuan
5.      Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.      Menentukan jenjang belajar
7.      Penentuan kegiatan belajar.
8.      Pemantauan bersama
9.      Evaluasi formatif
10.  Evaluasi sumatif
e.       Model Gerlach dan Ely
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar.. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1.      Merumuskan tujuan instruksional
2.      Menentukan isi materi pelajaran
3.      Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.      Menentukan teknik dan strategi
5.      Pengelompokan belajar
6.      Menentukan pembagian waktu
7.      Menentukan ruang
8.      Memilih media intruksional yang sesuai
9.      Mengevaluasi hasil belajar
10.  Menganalisis umpan balik
f.       Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam langkah pokok yaitu :
1.      Merumuskan tujuan
2.      Mengembangkan tes
3.      Menganalisis kegiatan belajar
4.      Mendesain sistem intruksional
5.      Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
6.      Merumuskan tujuan intruksional
g.      Model Dick and Carey[2]
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
1.      Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
2.      Melakukan Analisis Pembelajaran.
3.      Menganalisis siswa dan konteks.
4.      Merumuskan tujuan khusus.
5.      Mengembangkan instrumen penilaian.
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran.
7.      Mengembangkan materi pembelajaran.
8.      Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9.      Merevisi Pembelajaran.
10.  Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
h.      Model Desain Pembelajaran Versi Pekerti (2001)
Dikti, melalui Program Pekerti (Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional), yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi mengembangkan model desain pembelajaran yang dikenal dengan MPI (Model Pengembangan Instruksional), dimana untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah sebagai berikut:
1.      Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)
2.      Melakukan analisis instruksional
3.      Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa
4.      Menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK)
5.      Menulis tes acuan patokan
6.      Menyusun strategi instruksional
7.      Mengembangkan bahan ajar
8.      Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.        Model Pengembangan Instruksional (MPI) versi Pekerti, 2001
Dalam rangka implementasi kurikulum yang sedang berlaku, sejumlah istilah yang menyangkut langkah-langkah tersebut sudah harus disesuaikan dengan perkembangan (trend) yang terjadi. Namun, secara konseptual, sebagai referensi model-model tersebut kiranya sangat bermanfaat untuk dikaji dan diimplementasikan dimana konsep-konsep tertentu masih relevan.
D.    Memilih Model Desain Pembelajaran
Oleh karena begitu banyaknya model biasanya kita lalu dihadapkan pada pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal memilih model ini setidaknya ada lima criteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih model pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model yang:
1.      Sederhana: bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti, mengikuti dan menggunakannya
2.      Lengkap: suatu model pengembangan desain pembelajaran yang lengkap haruslah mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi, pengembangan dan evaluasi
3.      Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih hendaklah dapat diterima dan dapat diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4.      Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak saja berlaku untuk pola belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses belajar mengajar yang lebih luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara fisik maupun yang tidak
5.      Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas dan teruji/terbukti dapat memberikan hasil yang baik.
Apabila model-model yang sudah ada ternyata tidak ada yang memenuhi kelima criteria tersebut maka masih ada kemungkinan untuk mengembangkan model yang baru yang sesuai dengan sikon kita. Bisa dengan menciptakan yang baru atau cukup dengan memodifikasi model yang sudah ada.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi. Desain dan pengembangan sering dianggap sama oleh para ahli namun dari segi harfiah desain itu artinya membuat sketsa/pola/outline atau rencana pendahuluan. Sedangkan pengembangan artinya membuat tumbuh agar menjadi lebih baik, lebih besar, lebih efektif dan lain sebagainya.
Desain dan pengembangan memiliki keterkaitan karena dalam tubuh desain itu ada pengembangan. Desain pembelajaran memiliki 5 aspek penting yaitu: pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Adapun pengembangan itu merupakan proses menentukan, menciptakan situasi dan kondisi. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat dan rencana pembelajaran.







DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Hamzah. 2007. Perencanaan pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara
Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Baker, Robert L & Richard R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.
Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
Reigeluth, Charles M. 1983, “Instructional Design Theories and Models: An Overview of their Current Status”, London, Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Mukminan, 2004, “Desain Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain Pembelajaran”, Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY
Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Nirmana Vol. 1, No. 1, Januari 1999: 1-11.


[1] Lukmanul Hakim. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:  CV Wacana Prima Hal- 127
[2] Hamzah. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hal-22

Deixe aqui seu comentario :

1
Anonim mengatakan...
on  

bagus buat makalahku