BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Desain
Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih
konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara
diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design).
Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional
System Development).
Asumsi dasar yang melandasi perlunya
desain pembelajaran:
a.
Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual
b.
Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan
jangka panjang
c.
Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal
d.
Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia
e.
Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System
Approach)
B.
Rumusan masalah
- Apa pengertian desain dan pengembangan pembelajaran?
- Apa hubungan desain pembelajaran dengan pendidikan?
- Bagaimana model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian desain dan pengembangan pembelajaran
- Untuk mengetahui hubungan antara desain pembelajaran dengan pendidikan
- Untuk mengetahui model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL
DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional
system development) dan desain instruksional (instructional design)
sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam
penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan
“pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline
atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya
(Harjanto, 2008 : 95).
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya
adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan
sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang
teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.
Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode
yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam
keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem
intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.
Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis
kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi
pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah
pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan
kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.
Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara
sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai
kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi,
metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang
sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih
dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs,
1979 : XXI).
5.
Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses
menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa
dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah
lakunya (Carrey 1977 )
6.
Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan
pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran.
Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang
optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin
desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode
pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan
keterampilan siswa.
John Dewey (1900) menyatakan bahwa pendidikan memerlukan
“linking science” antara teori belajar dan praksis pendidikan. Desain
pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain
pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk
mencapai outcome pembelajaran.
Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu
(1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi
media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara
terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan
model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori
belajar.
B. Hubungan
Antara Desain Pembelajaran Dengan Pendidikan
Secara umum bidang pendidikan terdiri dari kurikulum,
konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Nampaknya terdapat overlap
antara kurikulum dan pembelajaran. Namun kita dapat membedakan keduanya.
Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara
pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
Di bawah ini penjelasan hubungan antara pembelajaran dengan
kelima kawasan pembelajaran:
1. Pembelajaran
Bidang
pembelajaran terdiri dari lima kegiatan pokok: desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Masing-masing kegiatan dilakukan oleh
orang yang kompeten dalam bidang pembelajaran. Kegiatan ini berkenaan dengan
pemahaman dan perbaikan cara-cara untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Desain
Pembelajaran
Desain
pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan
metode-metode pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses penentuan
metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan
dalam diri siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan isi pembelajaran dan siswa tertentu. Ibarat orang yang akan membuat
rumah, desain pembelajaran adalah blueprint yang dibuat oleh seorang arsitek.
Blueprint ini menyatakan metode apa yang seharusnya digunakan untuk materi dan
siswa tertentu. Desain pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai
metode pembelajaran, bagaimana memadukan metode-metode yang ada, dan
situasi-situasi yang memungkinkan penggunaan metode-metode tersebut secara
optimal.
3.
Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan
pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode
dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan
pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal
untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan
pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat,
dan rencana pembelajaran.
4.
Pemanfaatan Pembelajaran
Pemanfaatan
pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan serta
penggunaan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Pemanfaatan
pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan prosedur-prosedur yang
optimal untuk mencapai outcome yang optimal. Hasil dari pemanfaatan
pembelajaran adalah program pembelajaran yang telah dimodifikasi sedemikan rupa
sehingga menghasilkan efektivitas program yang optimal. Pemanfaatan
pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai prosedur pemanfaatan,
perpaduan prosedur yang optimal, dan situasi-situasi yang memungkinkan
optimalisasi model-model pemanfaatan.
5.
Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan
pembelajaran terkait dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode
pengelolaan penggunaan program pembelajaran yang diimplementasikan. Pengelolaan
yang dimaksud hanya berkenaan dengan satu program pembelajaran dalam sebuah
lembaga. Pengelolaan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan
jadwal yang optimal, teknik pengumpulan data tentang kemajuan siswa dan
kelemahan program, prosedur penilaian, revisi program, dan lain-lain. Hasil yang
diharapkan adalah penggunaan dan pemeliharaan program pembelajaran yang
diimplementasikan.
6.
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi
pembelajaran berkaitan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode
penilaian efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan sebelumnya: seberapa baik
program pembelajaran didesain, seberapa jauh program ini dikembangkan, apakah
dimanfaatkan dengan baik, dan seberapa baik program ini dikelola. Hasil dari
evaluasi ini adalah deskripsi kekurangan yang ada, konsekuensi-konsekuensinya,
dan rekomendasi untuk perbaikan.
C. Model-Model
Pengembangan Desain Pembelajaran
1. Model dan
desain pembelajaran yang dikembangkan:
a.
Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs[1]
Gagne dan Briggs (1974:
212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan desain intruksional sebagai
berikut :
1.
Analisis dan identifikasi kebutuhan
2. Penetapan
tujuan umum dan khusus
3. Identifikasi
alternatif cara memenuhi kebutuhan
4. Merancang
komponen dari sistem
5. Analisis
(a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c)
kendala-kendala.
6. Kegiatan
untuk mengatasi kendala
7. Memilih
atau mengembangkan materi pelajaran
8. Merancang
prosedur penelitian murid
9. Uji coba
lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10. Penyesuaian,
revisi dan evaluasi lanjut
11. Evaluasi
sumatif
12. Pelaksanaan
operasional
Model tersebut di atas
merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses
pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan
seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif
baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan
pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP).
Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi
menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam
silabus dan RPP.
b. Model
Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
Wong
dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional
yaitu:
- Merumuskan tujuan
- Menganalisis tujuan tugas belajar
- Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
- Memilih metode dan media
- Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
- Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
c. Model
Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI merupakan singkatan dari
prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional
mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana
pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari
seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain
secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan
demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan
pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75). Model pengembangan
intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1.
Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
a.
Menggunakan istilah yang operasional
b.
Berbentuk hasil belajar
c.
Berbentuk tingkah laku
d.
Hanya satu jenis tingkah laku
2.
Pengembangan alat penilaian
a.
Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai
tercapai tidaknya tujuan
b.
Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing
tujuan
3.
kegiatan belajar
a.
Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan
b.
Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c.
Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
4.
Pengembangan program kegiatan
a.
Merumuskan materi pelajaran
b.
Menetapkan model yang dipakai
c.
Alat pelajaran/buku yang dipakai
d.
Menyusun jadwal
5.
Pelaksanaan
a.
Mengadakan pretest
b.
Menyampaikan materi pelajaran
c.
Mengadakan posttest
d.
Perbaikan
d. Model
J.E. Kemp
Menurut
Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari
8 langkah yaitu :
1.
Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar
Kompetensi.
2.
Menganalisis karakteristik peserta didik
3. Menentukan
TIK atau Kompetensi Dasar.
4. Menentukan
materi pelajaran
5. Menetapkan
penjajagan awal (pre test)
6. Menentukan
strategi belajar mengajar
7. Mengkoordinasi
sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8. Mengadakan
evaluasi
9. Model
Briggs
Pengembangan desain
intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran
guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun
tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli
bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model
pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan
antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c)
evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10
langkah pengembangan yaitu :
1. Identifikasi
kebutuhan/penentuan tujuan
2. Penyusunan
garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah
dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci,
disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3. Perumusan
tujuan
4. Analisis
tugas/tujuan
5. Penyiapan
evaluasi hasil belajar
6. Menentukan
jenjang belajar
7. Penentuan
kegiatan belajar.
8. Pemantauan
bersama
9. Evaluasi
formatif
10. Evaluasi
sumatif
e. Model
Gerlach dan Ely
Model
pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971)
ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar.. Menurut Gerlach dan Ely
(1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1.
Merumuskan tujuan instruksional
2. Menentukan
isi materi pelajaran
3. Menentukan
kemampuan awal peserta didik
4. Menentukan
teknik dan strategi
5. Pengelompokan
belajar
6. Menentukan
pembagian waktu
7. Menentukan
ruang
8. Memilih
media intruksional yang sesuai
9. Mengevaluasi
hasil belajar
10. Menganalisis
umpan balik
f. Model
Bela H. Banathy
Menurut
Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam
langkah pokok yaitu :
1.
Merumuskan tujuan
2. Mengembangkan
tes
3. Menganalisis
kegiatan belajar
4. Mendesain
sistem intruksional
5. Melakasanakan
kegiatan dan mengetes hasil
6. Merumuskan
tujuan intruksional
g. Model
Dick and Carey[2]
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick
and Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
1.
Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
2. Melakukan
Analisis Pembelajaran.
3. Menganalisis
siswa dan konteks.
4. Merumuskan
tujuan khusus.
5. Mengembangkan
instrumen penilaian.
6. Mengembangkan
strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan
materi pembelajaran.
8. Merancang
& Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9. Merevisi
Pembelajaran.
10. Merancang
dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
h. Model
Desain Pembelajaran Versi Pekerti (2001)
Dikti, melalui Program Pekerti (Pengembangan Ketrampilan
Dasar Teknik Instruksional), yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi mengembangkan model
desain pembelajaran yang dikenal dengan MPI (Model Pengembangan Instruksional),
dimana untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah
sebagai berikut:
1. Identifikasi
kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)
2. Melakukan
analisis instruksional
3. Mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa
4. Menuliskan
tujuan instruksional khusus (TIK)
5. Menulis
tes acuan patokan
6. Menyusun
strategi instruksional
7. Mengembangkan
bahan ajar
8. Menyusun
desain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.
Model Pengembangan Instruksional (MPI) versi Pekerti, 2001
Dalam rangka implementasi
kurikulum yang sedang berlaku, sejumlah istilah yang menyangkut langkah-langkah
tersebut sudah harus disesuaikan dengan perkembangan (trend) yang terjadi.
Namun, secara konseptual, sebagai referensi model-model tersebut kiranya sangat
bermanfaat untuk dikaji dan diimplementasikan dimana konsep-konsep tertentu
masih relevan.
D. Memilih
Model Desain Pembelajaran
Oleh karena begitu banyaknya model biasanya kita lalu
dihadapkan pada pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal memilih model
ini setidaknya ada lima criteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam
memilih model pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model
yang:
1. Sederhana:
bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti, mengikuti dan
menggunakannya
2.
Lengkap: suatu model pengembangan desain pembelajaran yang
lengkap haruslah mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi, pengembangan dan
evaluasi
3.
Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih hendaklah
dapat diterima dan dapat diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat
4.
Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak
saja berlaku untuk pola belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses
belajar mengajar yang lebih luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara
fisik maupun yang tidak
5.
Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas
dan teruji/terbukti dapat memberikan hasil yang baik.
Apabila model-model yang sudah ada ternyata tidak ada yang
memenuhi kelima criteria tersebut maka masih ada kemungkinan untuk
mengembangkan model yang baru yang sesuai dengan sikon kita. Bisa dengan
menciptakan yang baru atau cukup dengan memodifikasi model yang sudah ada.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu: desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi. Desain dan pengembangan
sering dianggap sama oleh para ahli namun dari segi harfiah desain itu artinya
membuat sketsa/pola/outline atau rencana pendahuluan. Sedangkan pengembangan
artinya membuat tumbuh agar menjadi lebih baik, lebih besar, lebih efektif dan
lain sebagainya.
Desain dan pengembangan memiliki keterkaitan karena dalam
tubuh desain itu ada pengembangan. Desain pembelajaran memiliki 5 aspek penting
yaitu: pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan
kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Adapun pengembangan itu merupakan proses
menentukan, menciptakan situasi dan kondisi. Pengembangan pembelajaran
menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat dan rencana
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan
pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Hamzah. 2007. Perencanaan
pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara
Harjanto,
2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional
Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan
pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Baker, Robert L & Richard
R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van
Nostrand Reinhold Company.
Briggs, Leslie, J.
1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational
Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.
Dick, Walter & Carey,
Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data
Reigeluth, Charles M. 1983, “Instructional
Design Theories and Models: An Overview of their Current Status”, London,
Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Mukminan, 2004, “Desain
Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain Pembelajaran”,
Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY
Cenadi, Christine Suharto.
1999. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Nirmana Vol. 1, No. 1,
Januari 1999: 1-11.
bagus buat makalahku