0

Khutbah Jum’at TGB (Tuan Guru Bajang) DR. TGH. Zainul majdi, M. A Di Masjid Al-Firdaus Yogyakarta

Minggu, 04 Juni 2017


الحمدلله . الحمد لله رب العالمين . الرحمن الرحيم . مالك يوم الدين . اياه نعبد و اياه نستعين . اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له و اشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده . اللهم صل وسلم و بارك على سيدنا محمد و على اله وصحبه و من تبع هداه الى يوم القيامة . اما بعد فيا عباد الله اوصيكم و نفسي بتقو الله و طاعته لعلكم تفلحون .
Ma’asarol muslimin jema’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT
Marilah pada kesempatan yang mulia ini, saya mengajak kita semua yang hadir di masjid ini untuk terus belajar mensyukuri nikmat Allah SWT, nikmat iman dan islam, nikmat kesehatan dan kehidupan, dan seluruh nikmat-nikmat yang tercurah yang hanya dengan nikmat-nikmat itulah maka kita mendapatkan segala kebaikan dalam kehidupan dunia dan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah SWT. Ulama’ mengatakan  مدار البركة الشكر على النعمة (poros keberkahan dalam hidup adalah pandai mensyukuri nikmat Allah). Dengan kesyukuran itu maka semua terasa manfaat dan keberkahannya di dalam kehidupan kita.
Ma’asarol muslimin rahimakumulloh
Di awal khutbah ini perkenankan saya kembali mengajak kita semua dan mengingatkan seluruh yang hadir untuk meningkatkan dan menjaga ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa itu dalam rumusan sederhana para ulama’ disebutkan  وصية الأولين و الأخرين (takwa itu adalah wasiat Allah kepada seluruh manusia dalam semua zaman, umat nabi dan rasul siapapun, pesannya sama yaitu untuk bertakwa kepada Allah SWT). Dalam surat annisa’ ayat 131 Allah SWT berfirman:
ولقد وصينا الذين أوتوا الكتاب من قبلكم و إياكم أن اتقوا الله و إن تكفروا فإن لله ما في السماوات وما في الأرض و كان الله غنيا حميدا
Artinya: “Sungguh kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka ketahuilah, sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.”
Kufur dalam ayat di atas (takwa) dilambangkan dengan hidup semaunya tidak peduli tuntutan agama, tidak peduli halal dan haram, yang penting tujuan tercapai, ambisi diperoleh dengan jalan yang baik ataupun tidak baik. barangsiapa yang berlaku demikian maka sekali-kali kekufurannya itu tidak akan mengurangi kemuliaan dan keagungan Allah SWT. Sebagaimana sebaliknya ketakwaan dan ketaatan yang diberikan manusiapun tidak menambah keagungan dan kemuliaan Allah. Apabila seorang manusia berbuat baik dan bertakwa maka kemanfaatan akan kembali kepada dirinya sendiri dan sebaliknya jika kufur dan meninggalkan tuntunan yang baik dan hidup hanya memperturutkan hawa nafsu maka mudharatnyapun akan menimpa dirinya sendiri.
إن أحسنتم أحسنتم لأنفسكم و إن أسأتم فلها  .
Ma’asarol muslimin jema’ah jum’at yang dirahmati Allah
Hari ini adalah jum’at yang pertama dari paruh kedua dari bulan sya’ban. Bulan sya’ban adalah penanda datangnya bulan suci ramadhan yang kita nanti-nanti dan rindukan.
Di dalam islam, seluruh ibadah-ibadah jangankan yang besar, yang kecilpun selalu diawali dengan persiapan-persiapan. Ibadah shalat misalnya sebagai satu dari lima rukun islam didahului dengan berwudhu’, mengambil pakaian yang paling bersih, dengan menghamparkan sajadah atau menyiapkan tempat sujud yang suci, dengan menghadap kiblat, dengan menghadirkan hati, lalu kemudian dimulailah shalat kita. Maka demikian pula di dalam ramadhan, yang diisi di dalamnya dengan puasa satu bulan penuh, al-khatib mengajak kita semua, sejak paruh kedua dari bulan sya’ban ini marilah kita siapkan diri kita sebaik-baiknya. Orang yang menyiapkan dirinya untuk masuk dalam satu jamuan Allah dengan sebaik-baiknya, dialah orang yang akan mendapat bagian besar dari jamuan Allah itu.
Ma’asyrol muslimin rohimakumulloh
Ramadhan bulan yang identik dengan kebaikan. Rasul yang mulia digambarkan oleh ibnu abbas RA:
 كان رسول الله ص.م اجود الناس وكان اجود ما يكون في رمضان
Rasul itu sangat pemurah dengan kebaikan dan sangat cinta dengan amal shalih. Kecintaan dan kemurahan Rasul atas amal shalih itu nampak nyata di dalam bulan suci ramadhan. maka di dalam ramadhan ini, semua pintu kebaikan dibukakan oleh Allah SWT. Perbuatan sunnah diganjar dengan pahala wajib. Perbuatan wajib diganjar 70 kali lipat semuanya sebagai bagian pendidikan Allah SWT agar kita mencintai kebaikan.
Ma’asyrol muslimin rohimakumulloh
Pertanyaan pentingnya adalah kalau demikian murah Allah SWT di dalam bulan Ramadhan maka tentu tujuan Allah tidak hanya agar baik di bulan Ramadhan saja justru Ramadhan adalah awal dari perbaikan terus menerus bagi seorang hamba.
Para ulama’ mengatakan bahwa ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh seorang pribadi muslim atau  kita sebagai masyarakat kolektif agar kebaikan itu dapat terjaga dan tersambung kontinuitasnya.
Pertama, orientasi mencari keridhaan Allah SWT. Ada ungkapan ulama’ :
ما كان لله فهو متصل و ماكا لغير الله فهو منفصل
Sesuatu yang dikerjakan untuk mencari ridha Allah maka akan tersambung, akan ajeg, akan berlanjut sebaliknya sesuatu yang walaupun semegah apapun zhahirnya namun dilandasi dengan bukan mencari ridha Allah SWT maka dia pasti akan terputus. Itulah sebabnya di dalam Al-Quran Allah SWT mengikhtisarkan semua tugas peribadatan kita dalam kehidupan dunia ini dalam satu rangkaian ayat yang pendek yaitu:
 وما أمروا إلا ليعبد الله مخلصين له الدين
dan tidaklah manusia itu diperintahkan dengan perintah apapun kecuali satu hal, yaitu untuk mengikhlaskan agama itu untuk Allah SWT. Agar mereka mengorientasikan semua pekerjaan dan amal baik dalam kehidupan itu untuk mencari ridha Allah SWT. Doing good for god. Kita bekerja dan berbuat baik apapun bentuknya baik ibadah mahdoh seperti puasa, shalat, zakat dll maupun ibadah gairu mahdoh berupa silaturrahim dan kontribusi keummatan kita. Mari kita motivasikan benar-benar untuk mencari ridha Allah SWT.
Kedua, عملية التعويد  habituasi atau pembiasaan. kita di dalam Al-Quran menyimak firman Allah SWT:
إنما إذا أراد شيئا أن يقول له كن فيكون
Urusan Allah itu antara kaf dan nun pada kun. Artinya kalau Allah mau sesuatu tanpa ada proses tanpa butuh waktu, tanpa butuh sesuatu apapun seketika dikehendaki seketika bisa terjadi. namun apakah yang seperti itu yang Allah tunjukkan dalam penciptaan makhluk-makhluk-Nya? Tidak. Allah SWT menciptakan makhluk-Nya semua dengan proses. Penciptaan langit dan bumi في ستة أيام . penciptaan manusia, Allah ciptakan dalam tahapan-tahapan. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-mu’minun ayat 14. Demikianpun dalam proses-proses sosial yang terjadi, tidak ada kata instan, tidak ada kata segera, semua membutuhkan proses. Itulah sebabnya Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW ketika ditaya oleh para sahabat. Ya rasulalloh, mengapa kita tidak bersegera untuk sekarang melawan mereka, bukankah mereka tidak henti-hentinya  melawan dan menindas, memusuhi bahkan membunuh kita, padahal kita mengajak mereka untuk mengesaakan Allah. Mengapa tidak kita lawan ya rasulalloh. Rasululloh SAW menyabarkan sahabatnya dan mengembalikan pada proses yang panjang yang di mekkah maupun di madinah total yang butuhkan Rasulullah SAW untuk menciptakan generasi yang terbaik adalah 22 tahun lebih kurang hampir 23 tahun.  itu dibawah kepemimpinan Rasul SAW yang apabila keliru dikoreksi oleh jibril yang setiap saat diilhami oleh Allah SWT. Yang setiap saat ada yang meluruskan maka bagaimana proses pelaksanaanya dilakukan oleh kita yang penuh dengan kekurangan. Tentu lebih membutuhkan kesabaran lagi. Maka disinilah letak pentingnya pendidikan karena pendidikan itu adalah pembiasaan. disitulah pentingnya ada lembaga-lembaga yang di dalamnya ada sistem yang mendidik anak-anak kita untuk menjadi anak-anak yang baik dan cinta pada agama dan negara.
Ketiga, روح الجماعة secara sederhana bisa diartikan sebagai kolektifitas atau sinergitas. Dulu ketika Rasulullah SAW membangun masjid nabawi di madinah beliau turun ke lubang kemudian mengajak dari perwakilan muhajirin dan anshor turun ke lubang yang sama untuk meletakkan batu, untuk menggali pondasi. Do’a beliau adalah:
اللهم لا عيش إلا عيش الأخرة فاغفر الأنصار و المهاجر
Muhajirin dan anshor diletakkan dalam satu tarikan nafas, sama-sama dihargai dan dimuliakan, semuanya diperankan dan tidak ada yang disingkirkan. Maka ketika peran itu dimaksimalkan oleh Rasul SAW, semua dihargai dengan kontribusi, talenta dan bakatnya. Kekurangan itu miliki atau konsumsi pribadi sementara kemanfaatan itu untuk komunitas maka ketika itu terjadi terbangunlah masjid nabawi maka semua masyarakat madinah merasakan bahwa masjid nabawi adalah milik mereka bersama, kita bisa bayangkan kalau ada tempat ibadah yang dibangun oleh seseorang sendirian, mulai dari uangnya, menaikkan batanya sampaipun dia jadi menjadi suatu masjid maka dapat dipastikan rasa memiliki akan berbeda dibanding apabila masjid dibangun bersama-sama dengan amal jariyah kolektif dari seluruh umat yang ada dari keringat yang tumpah tidak hanya dari satu orang tapi beratus-ratus orang. Semuanya bersama dalam satu pekerjaan dalams satu amal shalih maka ketika masjid itu berdiri dia akan dimiliki oleh semua dan semua memiliki semangat untuk menjaga kebaikan masjid itu.
Ma’asyrol muslimin rohimakumulloh
Tiga hal yang disampaikan para ulama’ ini kiranya bagi kita semua bisa kita korelasikan dengan apapun yang kita hadapi. Ketika kita ingin melakukan suatu tugas baik pada tataran keummatan pemerintahan atau apapun yang Allah titipkan amanahnya kepada kita sebagai pendidik, orang tua, guru dan apapun. ketiga hal ini kiranya menjadi hal penting dan selalu kita pedomani.
Kalau anda menanam padi maka rumputpun pasti ikut tumbuh sebaliknya kalau anda menanam rumput, tidak mungkin bisa akan tumbuh padi. Bekerjalah untuk akhiran, carilah ridha Allah maka yang lain-lain akan pasti mengikuti.

Inilah al-khatib bisa sampaikan pada kesempatan ini, semoga kita dapat menyongsong ramadhan dengan sebaik-baik persiapan. Semoga kita dapat menghadirkan ibadah pada bulan ramadhan dengan seikhlas-ikhlasnya ibadah sehingga kita mendapat apa yang dijanjikan nabi kita nabi besar Muhammad SAW pada penghujung ramadhan kita mendapatkan itqun minannar kebebasan atau pembebasan dari api neraka. 

0

Tafsir Ibnu Katsir Juz 11 Surat At-Taubah

Kamis, 05 Juni 2014


Tafsir Ibnu Katsir Juz 11 Surat at Taubah

0

Kultum K.H Arifin ilham


0


17 Kisah Penuh Hikmah

1 komentar

MAKALAH MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Minggu, 10 Juni 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Desain Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design). Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional System Development).
Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran:
a.       Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual
b.      Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang
c.       Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal
d.      Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia
e.       Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System Approach)
B.     Rumusan masalah
  1. Apa pengertian desain dan pengembangan pembelajaran?
  2. Apa hubungan desain pembelajaran dengan pendidikan?
  3. Bagaimana model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran?
C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian desain dan pengembangan pembelajaran
  2. Untuk mengetahui hubungan antara desain pembelajaran dengan pendidikan
  3. Untuk mengetahui model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
A.    Pengertian
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut :
1.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.      Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.      Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.      Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).
5.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 )
6.      Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan keterampilan siswa.
John Dewey (1900) menyatakan bahwa pendidikan memerlukan “linking science” antara teori belajar dan praksis pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk mencapai outcome pembelajaran.
Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu (1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori belajar.

B.     Hubungan Antara Desain Pembelajaran Dengan Pendidikan
Secara umum bidang pendidikan terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Nampaknya terdapat overlap antara kurikulum dan pembelajaran. Namun kita dapat membedakan keduanya. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
Di bawah ini penjelasan hubungan antara pembelajaran dengan kelima kawasan pembelajaran:
1.      Pembelajaran
Bidang pembelajaran terdiri dari lima kegiatan pokok: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Masing-masing kegiatan dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang pembelajaran. Kegiatan ini berkenaan dengan pemahaman dan perbaikan cara-cara untuk mencapai hasil yang optimal.
2.      Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses penentuan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam diri siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan isi pembelajaran dan siswa tertentu. Ibarat orang yang akan membuat rumah, desain pembelajaran adalah blueprint yang dibuat oleh seorang arsitek. Blueprint ini menyatakan metode apa yang seharusnya digunakan untuk materi dan siswa tertentu. Desain pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai metode pembelajaran, bagaimana memadukan metode-metode yang ada, dan situasi-situasi yang memungkinkan penggunaan metode-metode tersebut secara optimal.
3.      Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat, dan rencana pembelajaran.
4.      Pemanfaatan Pembelajaran
Pemanfaatan pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan serta penggunaan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Pemanfaatan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan prosedur-prosedur yang optimal untuk mencapai outcome yang optimal. Hasil dari pemanfaatan pembelajaran adalah program pembelajaran yang telah dimodifikasi sedemikan rupa sehingga menghasilkan efektivitas program yang optimal. Pemanfaatan pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai prosedur pemanfaatan, perpaduan prosedur yang optimal, dan situasi-situasi yang memungkinkan optimalisasi model-model pemanfaatan.
5.      Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran terkait dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pengelolaan penggunaan program pembelajaran yang diimplementasikan. Pengelolaan yang dimaksud hanya berkenaan dengan satu program pembelajaran dalam sebuah lembaga. Pengelolaan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan jadwal yang optimal, teknik pengumpulan data tentang kemajuan siswa dan kelemahan program, prosedur penilaian, revisi program, dan lain-lain. Hasil yang diharapkan adalah penggunaan dan pemeliharaan program pembelajaran yang diimplementasikan.
6.      Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran berkaitan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode penilaian efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan sebelumnya: seberapa baik program pembelajaran didesain, seberapa jauh program ini dikembangkan, apakah dimanfaatkan dengan baik, dan seberapa baik program ini dikelola. Hasil dari evaluasi ini adalah deskripsi kekurangan yang ada, konsekuensi-konsekuensinya, dan rekomendasi untuk perbaikan.
C.    Model-Model Pengembangan Desain Pembelajaran
1.      Model dan desain pembelajaran yang dikembangkan:
a.       Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs[1]
Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan desain intruksional sebagai berikut :
1.      Analisis dan identifikasi kebutuhan
2.      Penetapan tujuan umum dan khusus
3.      Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4.      Merancang komponen dari sistem
5.      Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.      Kegiatan untuk mengatasi kendala
7.      Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8.      Merancang prosedur penelitian murid
9.      Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10.  Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11.  Evaluasi sumatif
12.  Pelaksanaan operasional
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.
b.      Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:
  1. Merumuskan tujuan
  2. Menganalisis tujuan tugas belajar
  3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
  4. Memilih metode dan media
  5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
  6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
c.       Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75). Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1.      Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
a.       Menggunakan istilah yang operasional
b.      Berbentuk hasil belajar
c.       Berbentuk tingkah laku
d.      Hanya satu jenis tingkah laku
2.      Pengembangan alat penilaian
a.       Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
b.      Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
3.      kegiatan belajar
a.       Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b.      Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c.       Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
4.      Pengembangan program kegiatan
a.       Merumuskan materi pelajaran
b.      Menetapkan model yang dipakai
c.       Alat pelajaran/buku yang dipakai
d.      Menyusun jadwal
5.      Pelaksanaan
a.       Mengadakan pretest
b.      Menyampaikan materi pelajaran
c.       Mengadakan posttest
d.      Perbaikan
d.      Model J.E. Kemp
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1.      Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2.      Menganalisis karakteristik peserta didik
3.      Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4.      Menentukan materi pelajaran
5.      Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6.      Menentukan strategi belajar mengajar
7.      Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8.      Mengadakan evaluasi
9.      Model Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu :
1.      Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.      Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3.      Perumusan tujuan
4.      Analisis tugas/tujuan
5.      Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.      Menentukan jenjang belajar
7.      Penentuan kegiatan belajar.
8.      Pemantauan bersama
9.      Evaluasi formatif
10.  Evaluasi sumatif
e.       Model Gerlach dan Ely
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar.. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1.      Merumuskan tujuan instruksional
2.      Menentukan isi materi pelajaran
3.      Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.      Menentukan teknik dan strategi
5.      Pengelompokan belajar
6.      Menentukan pembagian waktu
7.      Menentukan ruang
8.      Memilih media intruksional yang sesuai
9.      Mengevaluasi hasil belajar
10.  Menganalisis umpan balik
f.       Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam langkah pokok yaitu :
1.      Merumuskan tujuan
2.      Mengembangkan tes
3.      Menganalisis kegiatan belajar
4.      Mendesain sistem intruksional
5.      Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
6.      Merumuskan tujuan intruksional
g.      Model Dick and Carey[2]
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
1.      Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
2.      Melakukan Analisis Pembelajaran.
3.      Menganalisis siswa dan konteks.
4.      Merumuskan tujuan khusus.
5.      Mengembangkan instrumen penilaian.
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran.
7.      Mengembangkan materi pembelajaran.
8.      Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9.      Merevisi Pembelajaran.
10.  Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
h.      Model Desain Pembelajaran Versi Pekerti (2001)
Dikti, melalui Program Pekerti (Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional), yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi mengembangkan model desain pembelajaran yang dikenal dengan MPI (Model Pengembangan Instruksional), dimana untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah sebagai berikut:
1.      Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)
2.      Melakukan analisis instruksional
3.      Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa
4.      Menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK)
5.      Menulis tes acuan patokan
6.      Menyusun strategi instruksional
7.      Mengembangkan bahan ajar
8.      Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.        Model Pengembangan Instruksional (MPI) versi Pekerti, 2001
Dalam rangka implementasi kurikulum yang sedang berlaku, sejumlah istilah yang menyangkut langkah-langkah tersebut sudah harus disesuaikan dengan perkembangan (trend) yang terjadi. Namun, secara konseptual, sebagai referensi model-model tersebut kiranya sangat bermanfaat untuk dikaji dan diimplementasikan dimana konsep-konsep tertentu masih relevan.
D.    Memilih Model Desain Pembelajaran
Oleh karena begitu banyaknya model biasanya kita lalu dihadapkan pada pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal memilih model ini setidaknya ada lima criteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih model pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model yang:
1.      Sederhana: bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti, mengikuti dan menggunakannya
2.      Lengkap: suatu model pengembangan desain pembelajaran yang lengkap haruslah mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi, pengembangan dan evaluasi
3.      Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih hendaklah dapat diterima dan dapat diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4.      Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak saja berlaku untuk pola belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses belajar mengajar yang lebih luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara fisik maupun yang tidak
5.      Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas dan teruji/terbukti dapat memberikan hasil yang baik.
Apabila model-model yang sudah ada ternyata tidak ada yang memenuhi kelima criteria tersebut maka masih ada kemungkinan untuk mengembangkan model yang baru yang sesuai dengan sikon kita. Bisa dengan menciptakan yang baru atau cukup dengan memodifikasi model yang sudah ada.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi. Desain dan pengembangan sering dianggap sama oleh para ahli namun dari segi harfiah desain itu artinya membuat sketsa/pola/outline atau rencana pendahuluan. Sedangkan pengembangan artinya membuat tumbuh agar menjadi lebih baik, lebih besar, lebih efektif dan lain sebagainya.
Desain dan pengembangan memiliki keterkaitan karena dalam tubuh desain itu ada pengembangan. Desain pembelajaran memiliki 5 aspek penting yaitu: pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Adapun pengembangan itu merupakan proses menentukan, menciptakan situasi dan kondisi. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat dan rencana pembelajaran.







DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Hamzah. 2007. Perencanaan pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara
Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Baker, Robert L & Richard R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.
Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
Reigeluth, Charles M. 1983, “Instructional Design Theories and Models: An Overview of their Current Status”, London, Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Mukminan, 2004, “Desain Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain Pembelajaran”, Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY
Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Nirmana Vol. 1, No. 1, Januari 1999: 1-11.


[1] Lukmanul Hakim. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:  CV Wacana Prima Hal- 127
[2] Hamzah. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hal-22

Khutbah Jum’at TGB (Tuan Guru Bajang) DR. TGH. Zainul majdi, M. A Di Masjid Al-Firdaus Yogyakarta


الحمدلله . الحمد لله رب العالمين . الرحمن الرحيم . مالك يوم الدين . اياه نعبد و اياه نستعين . اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له و اشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده . اللهم صل وسلم و بارك على سيدنا محمد و على اله وصحبه و من تبع هداه الى يوم القيامة . اما بعد فيا عباد الله اوصيكم و نفسي بتقو الله و طاعته لعلكم تفلحون .
Ma’asarol muslimin jema’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT
Marilah pada kesempatan yang mulia ini, saya mengajak kita semua yang hadir di masjid ini untuk terus belajar mensyukuri nikmat Allah SWT, nikmat iman dan islam, nikmat kesehatan dan kehidupan, dan seluruh nikmat-nikmat yang tercurah yang hanya dengan nikmat-nikmat itulah maka kita mendapatkan segala kebaikan dalam kehidupan dunia dan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah SWT. Ulama’ mengatakan  مدار البركة الشكر على النعمة (poros keberkahan dalam hidup adalah pandai mensyukuri nikmat Allah). Dengan kesyukuran itu maka semua terasa manfaat dan keberkahannya di dalam kehidupan kita.
Ma’asarol muslimin rahimakumulloh
Di awal khutbah ini perkenankan saya kembali mengajak kita semua dan mengingatkan seluruh yang hadir untuk meningkatkan dan menjaga ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa itu dalam rumusan sederhana para ulama’ disebutkan  وصية الأولين و الأخرين (takwa itu adalah wasiat Allah kepada seluruh manusia dalam semua zaman, umat nabi dan rasul siapapun, pesannya sama yaitu untuk bertakwa kepada Allah SWT). Dalam surat annisa’ ayat 131 Allah SWT berfirman:
ولقد وصينا الذين أوتوا الكتاب من قبلكم و إياكم أن اتقوا الله و إن تكفروا فإن لله ما في السماوات وما في الأرض و كان الله غنيا حميدا
Artinya: “Sungguh kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka ketahuilah, sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.”
Kufur dalam ayat di atas (takwa) dilambangkan dengan hidup semaunya tidak peduli tuntutan agama, tidak peduli halal dan haram, yang penting tujuan tercapai, ambisi diperoleh dengan jalan yang baik ataupun tidak baik. barangsiapa yang berlaku demikian maka sekali-kali kekufurannya itu tidak akan mengurangi kemuliaan dan keagungan Allah SWT. Sebagaimana sebaliknya ketakwaan dan ketaatan yang diberikan manusiapun tidak menambah keagungan dan kemuliaan Allah. Apabila seorang manusia berbuat baik dan bertakwa maka kemanfaatan akan kembali kepada dirinya sendiri dan sebaliknya jika kufur dan meninggalkan tuntunan yang baik dan hidup hanya memperturutkan hawa nafsu maka mudharatnyapun akan menimpa dirinya sendiri.
إن أحسنتم أحسنتم لأنفسكم و إن أسأتم فلها  .
Ma’asarol muslimin jema’ah jum’at yang dirahmati Allah
Hari ini adalah jum’at yang pertama dari paruh kedua dari bulan sya’ban. Bulan sya’ban adalah penanda datangnya bulan suci ramadhan yang kita nanti-nanti dan rindukan.
Di dalam islam, seluruh ibadah-ibadah jangankan yang besar, yang kecilpun selalu diawali dengan persiapan-persiapan. Ibadah shalat misalnya sebagai satu dari lima rukun islam didahului dengan berwudhu’, mengambil pakaian yang paling bersih, dengan menghamparkan sajadah atau menyiapkan tempat sujud yang suci, dengan menghadap kiblat, dengan menghadirkan hati, lalu kemudian dimulailah shalat kita. Maka demikian pula di dalam ramadhan, yang diisi di dalamnya dengan puasa satu bulan penuh, al-khatib mengajak kita semua, sejak paruh kedua dari bulan sya’ban ini marilah kita siapkan diri kita sebaik-baiknya. Orang yang menyiapkan dirinya untuk masuk dalam satu jamuan Allah dengan sebaik-baiknya, dialah orang yang akan mendapat bagian besar dari jamuan Allah itu.
Ma’asyrol muslimin rohimakumulloh
Ramadhan bulan yang identik dengan kebaikan. Rasul yang mulia digambarkan oleh ibnu abbas RA:
 كان رسول الله ص.م اجود الناس وكان اجود ما يكون في رمضان
Rasul itu sangat pemurah dengan kebaikan dan sangat cinta dengan amal shalih. Kecintaan dan kemurahan Rasul atas amal shalih itu nampak nyata di dalam bulan suci ramadhan. maka di dalam ramadhan ini, semua pintu kebaikan dibukakan oleh Allah SWT. Perbuatan sunnah diganjar dengan pahala wajib. Perbuatan wajib diganjar 70 kali lipat semuanya sebagai bagian pendidikan Allah SWT agar kita mencintai kebaikan.
Ma’asyrol muslimin rohimakumulloh
Pertanyaan pentingnya adalah kalau demikian murah Allah SWT di dalam bulan Ramadhan maka tentu tujuan Allah tidak hanya agar baik di bulan Ramadhan saja justru Ramadhan adalah awal dari perbaikan terus menerus bagi seorang hamba.
Para ulama’ mengatakan bahwa ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh seorang pribadi muslim atau  kita sebagai masyarakat kolektif agar kebaikan itu dapat terjaga dan tersambung kontinuitasnya.
Pertama, orientasi mencari keridhaan Allah SWT. Ada ungkapan ulama’ :
ما كان لله فهو متصل و ماكا لغير الله فهو منفصل
Sesuatu yang dikerjakan untuk mencari ridha Allah maka akan tersambung, akan ajeg, akan berlanjut sebaliknya sesuatu yang walaupun semegah apapun zhahirnya namun dilandasi dengan bukan mencari ridha Allah SWT maka dia pasti akan terputus. Itulah sebabnya di dalam Al-Quran Allah SWT mengikhtisarkan semua tugas peribadatan kita dalam kehidupan dunia ini dalam satu rangkaian ayat yang pendek yaitu:
 وما أمروا إلا ليعبد الله مخلصين له الدين
dan tidaklah manusia itu diperintahkan dengan perintah apapun kecuali satu hal, yaitu untuk mengikhlaskan agama itu untuk Allah SWT. Agar mereka mengorientasikan semua pekerjaan dan amal baik dalam kehidupan itu untuk mencari ridha Allah SWT. Doing good for god. Kita bekerja dan berbuat baik apapun bentuknya baik ibadah mahdoh seperti puasa, shalat, zakat dll maupun ibadah gairu mahdoh berupa silaturrahim dan kontribusi keummatan kita. Mari kita motivasikan benar-benar untuk mencari ridha Allah SWT.
Kedua, عملية التعويد  habituasi atau pembiasaan. kita di dalam Al-Quran menyimak firman Allah SWT:
إنما إذا أراد شيئا أن يقول له كن فيكون
Urusan Allah itu antara kaf dan nun pada kun. Artinya kalau Allah mau sesuatu tanpa ada proses tanpa butuh waktu, tanpa butuh sesuatu apapun seketika dikehendaki seketika bisa terjadi. namun apakah yang seperti itu yang Allah tunjukkan dalam penciptaan makhluk-makhluk-Nya? Tidak. Allah SWT menciptakan makhluk-Nya semua dengan proses. Penciptaan langit dan bumi في ستة أيام . penciptaan manusia, Allah ciptakan dalam tahapan-tahapan. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-mu’minun ayat 14. Demikianpun dalam proses-proses sosial yang terjadi, tidak ada kata instan, tidak ada kata segera, semua membutuhkan proses. Itulah sebabnya Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW ketika ditaya oleh para sahabat. Ya rasulalloh, mengapa kita tidak bersegera untuk sekarang melawan mereka, bukankah mereka tidak henti-hentinya  melawan dan menindas, memusuhi bahkan membunuh kita, padahal kita mengajak mereka untuk mengesaakan Allah. Mengapa tidak kita lawan ya rasulalloh. Rasululloh SAW menyabarkan sahabatnya dan mengembalikan pada proses yang panjang yang di mekkah maupun di madinah total yang butuhkan Rasulullah SAW untuk menciptakan generasi yang terbaik adalah 22 tahun lebih kurang hampir 23 tahun.  itu dibawah kepemimpinan Rasul SAW yang apabila keliru dikoreksi oleh jibril yang setiap saat diilhami oleh Allah SWT. Yang setiap saat ada yang meluruskan maka bagaimana proses pelaksanaanya dilakukan oleh kita yang penuh dengan kekurangan. Tentu lebih membutuhkan kesabaran lagi. Maka disinilah letak pentingnya pendidikan karena pendidikan itu adalah pembiasaan. disitulah pentingnya ada lembaga-lembaga yang di dalamnya ada sistem yang mendidik anak-anak kita untuk menjadi anak-anak yang baik dan cinta pada agama dan negara.
Ketiga, روح الجماعة secara sederhana bisa diartikan sebagai kolektifitas atau sinergitas. Dulu ketika Rasulullah SAW membangun masjid nabawi di madinah beliau turun ke lubang kemudian mengajak dari perwakilan muhajirin dan anshor turun ke lubang yang sama untuk meletakkan batu, untuk menggali pondasi. Do’a beliau adalah:
اللهم لا عيش إلا عيش الأخرة فاغفر الأنصار و المهاجر
Muhajirin dan anshor diletakkan dalam satu tarikan nafas, sama-sama dihargai dan dimuliakan, semuanya diperankan dan tidak ada yang disingkirkan. Maka ketika peran itu dimaksimalkan oleh Rasul SAW, semua dihargai dengan kontribusi, talenta dan bakatnya. Kekurangan itu miliki atau konsumsi pribadi sementara kemanfaatan itu untuk komunitas maka ketika itu terjadi terbangunlah masjid nabawi maka semua masyarakat madinah merasakan bahwa masjid nabawi adalah milik mereka bersama, kita bisa bayangkan kalau ada tempat ibadah yang dibangun oleh seseorang sendirian, mulai dari uangnya, menaikkan batanya sampaipun dia jadi menjadi suatu masjid maka dapat dipastikan rasa memiliki akan berbeda dibanding apabila masjid dibangun bersama-sama dengan amal jariyah kolektif dari seluruh umat yang ada dari keringat yang tumpah tidak hanya dari satu orang tapi beratus-ratus orang. Semuanya bersama dalam satu pekerjaan dalams satu amal shalih maka ketika masjid itu berdiri dia akan dimiliki oleh semua dan semua memiliki semangat untuk menjaga kebaikan masjid itu.
Ma’asyrol muslimin rohimakumulloh
Tiga hal yang disampaikan para ulama’ ini kiranya bagi kita semua bisa kita korelasikan dengan apapun yang kita hadapi. Ketika kita ingin melakukan suatu tugas baik pada tataran keummatan pemerintahan atau apapun yang Allah titipkan amanahnya kepada kita sebagai pendidik, orang tua, guru dan apapun. ketiga hal ini kiranya menjadi hal penting dan selalu kita pedomani.
Kalau anda menanam padi maka rumputpun pasti ikut tumbuh sebaliknya kalau anda menanam rumput, tidak mungkin bisa akan tumbuh padi. Bekerjalah untuk akhiran, carilah ridha Allah maka yang lain-lain akan pasti mengikuti.

Inilah al-khatib bisa sampaikan pada kesempatan ini, semoga kita dapat menyongsong ramadhan dengan sebaik-baik persiapan. Semoga kita dapat menghadirkan ibadah pada bulan ramadhan dengan seikhlas-ikhlasnya ibadah sehingga kita mendapat apa yang dijanjikan nabi kita nabi besar Muhammad SAW pada penghujung ramadhan kita mendapatkan itqun minannar kebebasan atau pembebasan dari api neraka. 

Tafsir Ibnu Katsir Juz 11 Surat At-Taubah


Tafsir Ibnu Katsir Juz 11 Surat at Taubah

Kultum K.H Arifin ilham



17 Kisah Penuh Hikmah

MAKALAH MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Desain Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design). Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional System Development).
Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran:
a.       Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual
b.      Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang
c.       Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal
d.      Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia
e.       Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System Approach)
B.     Rumusan masalah
  1. Apa pengertian desain dan pengembangan pembelajaran?
  2. Apa hubungan desain pembelajaran dengan pendidikan?
  3. Bagaimana model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran?
C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian desain dan pengembangan pembelajaran
  2. Untuk mengetahui hubungan antara desain pembelajaran dengan pendidikan
  3. Untuk mengetahui model-model desain yang dikembangkan dalam pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
A.    Pengertian
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut :
1.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.      Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.      Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.      Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).
5.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 )
6.      Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan keterampilan siswa.
John Dewey (1900) menyatakan bahwa pendidikan memerlukan “linking science” antara teori belajar dan praksis pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk mencapai outcome pembelajaran.
Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu (1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori belajar.

B.     Hubungan Antara Desain Pembelajaran Dengan Pendidikan
Secara umum bidang pendidikan terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Nampaknya terdapat overlap antara kurikulum dan pembelajaran. Namun kita dapat membedakan keduanya. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
Di bawah ini penjelasan hubungan antara pembelajaran dengan kelima kawasan pembelajaran:
1.      Pembelajaran
Bidang pembelajaran terdiri dari lima kegiatan pokok: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Masing-masing kegiatan dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang pembelajaran. Kegiatan ini berkenaan dengan pemahaman dan perbaikan cara-cara untuk mencapai hasil yang optimal.
2.      Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses penentuan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam diri siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan isi pembelajaran dan siswa tertentu. Ibarat orang yang akan membuat rumah, desain pembelajaran adalah blueprint yang dibuat oleh seorang arsitek. Blueprint ini menyatakan metode apa yang seharusnya digunakan untuk materi dan siswa tertentu. Desain pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai metode pembelajaran, bagaimana memadukan metode-metode yang ada, dan situasi-situasi yang memungkinkan penggunaan metode-metode tersebut secara optimal.
3.      Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat, dan rencana pembelajaran.
4.      Pemanfaatan Pembelajaran
Pemanfaatan pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan serta penggunaan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Pemanfaatan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan prosedur-prosedur yang optimal untuk mencapai outcome yang optimal. Hasil dari pemanfaatan pembelajaran adalah program pembelajaran yang telah dimodifikasi sedemikan rupa sehingga menghasilkan efektivitas program yang optimal. Pemanfaatan pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai prosedur pemanfaatan, perpaduan prosedur yang optimal, dan situasi-situasi yang memungkinkan optimalisasi model-model pemanfaatan.
5.      Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran terkait dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode pengelolaan penggunaan program pembelajaran yang diimplementasikan. Pengelolaan yang dimaksud hanya berkenaan dengan satu program pembelajaran dalam sebuah lembaga. Pengelolaan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan jadwal yang optimal, teknik pengumpulan data tentang kemajuan siswa dan kelemahan program, prosedur penilaian, revisi program, dan lain-lain. Hasil yang diharapkan adalah penggunaan dan pemeliharaan program pembelajaran yang diimplementasikan.
6.      Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran berkaitan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode penilaian efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan sebelumnya: seberapa baik program pembelajaran didesain, seberapa jauh program ini dikembangkan, apakah dimanfaatkan dengan baik, dan seberapa baik program ini dikelola. Hasil dari evaluasi ini adalah deskripsi kekurangan yang ada, konsekuensi-konsekuensinya, dan rekomendasi untuk perbaikan.
C.    Model-Model Pengembangan Desain Pembelajaran
1.      Model dan desain pembelajaran yang dikembangkan:
a.       Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs[1]
Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan desain intruksional sebagai berikut :
1.      Analisis dan identifikasi kebutuhan
2.      Penetapan tujuan umum dan khusus
3.      Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4.      Merancang komponen dari sistem
5.      Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.      Kegiatan untuk mengatasi kendala
7.      Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8.      Merancang prosedur penelitian murid
9.      Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10.  Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11.  Evaluasi sumatif
12.  Pelaksanaan operasional
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.
b.      Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:
  1. Merumuskan tujuan
  2. Menganalisis tujuan tugas belajar
  3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
  4. Memilih metode dan media
  5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
  6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
c.       Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75). Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1.      Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
a.       Menggunakan istilah yang operasional
b.      Berbentuk hasil belajar
c.       Berbentuk tingkah laku
d.      Hanya satu jenis tingkah laku
2.      Pengembangan alat penilaian
a.       Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
b.      Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
3.      kegiatan belajar
a.       Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b.      Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c.       Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
4.      Pengembangan program kegiatan
a.       Merumuskan materi pelajaran
b.      Menetapkan model yang dipakai
c.       Alat pelajaran/buku yang dipakai
d.      Menyusun jadwal
5.      Pelaksanaan
a.       Mengadakan pretest
b.      Menyampaikan materi pelajaran
c.       Mengadakan posttest
d.      Perbaikan
d.      Model J.E. Kemp
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1.      Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2.      Menganalisis karakteristik peserta didik
3.      Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4.      Menentukan materi pelajaran
5.      Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6.      Menentukan strategi belajar mengajar
7.      Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8.      Mengadakan evaluasi
9.      Model Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu :
1.      Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.      Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3.      Perumusan tujuan
4.      Analisis tugas/tujuan
5.      Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.      Menentukan jenjang belajar
7.      Penentuan kegiatan belajar.
8.      Pemantauan bersama
9.      Evaluasi formatif
10.  Evaluasi sumatif
e.       Model Gerlach dan Ely
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar.. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1.      Merumuskan tujuan instruksional
2.      Menentukan isi materi pelajaran
3.      Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.      Menentukan teknik dan strategi
5.      Pengelompokan belajar
6.      Menentukan pembagian waktu
7.      Menentukan ruang
8.      Memilih media intruksional yang sesuai
9.      Mengevaluasi hasil belajar
10.  Menganalisis umpan balik
f.       Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam langkah pokok yaitu :
1.      Merumuskan tujuan
2.      Mengembangkan tes
3.      Menganalisis kegiatan belajar
4.      Mendesain sistem intruksional
5.      Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
6.      Merumuskan tujuan intruksional
g.      Model Dick and Carey[2]
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
1.      Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
2.      Melakukan Analisis Pembelajaran.
3.      Menganalisis siswa dan konteks.
4.      Merumuskan tujuan khusus.
5.      Mengembangkan instrumen penilaian.
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran.
7.      Mengembangkan materi pembelajaran.
8.      Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9.      Merevisi Pembelajaran.
10.  Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
h.      Model Desain Pembelajaran Versi Pekerti (2001)
Dikti, melalui Program Pekerti (Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional), yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi mengembangkan model desain pembelajaran yang dikenal dengan MPI (Model Pengembangan Instruksional), dimana untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah sebagai berikut:
1.      Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)
2.      Melakukan analisis instruksional
3.      Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa
4.      Menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK)
5.      Menulis tes acuan patokan
6.      Menyusun strategi instruksional
7.      Mengembangkan bahan ajar
8.      Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.        Model Pengembangan Instruksional (MPI) versi Pekerti, 2001
Dalam rangka implementasi kurikulum yang sedang berlaku, sejumlah istilah yang menyangkut langkah-langkah tersebut sudah harus disesuaikan dengan perkembangan (trend) yang terjadi. Namun, secara konseptual, sebagai referensi model-model tersebut kiranya sangat bermanfaat untuk dikaji dan diimplementasikan dimana konsep-konsep tertentu masih relevan.
D.    Memilih Model Desain Pembelajaran
Oleh karena begitu banyaknya model biasanya kita lalu dihadapkan pada pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal memilih model ini setidaknya ada lima criteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih model pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model yang:
1.      Sederhana: bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti, mengikuti dan menggunakannya
2.      Lengkap: suatu model pengembangan desain pembelajaran yang lengkap haruslah mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi, pengembangan dan evaluasi
3.      Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih hendaklah dapat diterima dan dapat diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4.      Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak saja berlaku untuk pola belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses belajar mengajar yang lebih luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara fisik maupun yang tidak
5.      Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas dan teruji/terbukti dapat memberikan hasil yang baik.
Apabila model-model yang sudah ada ternyata tidak ada yang memenuhi kelima criteria tersebut maka masih ada kemungkinan untuk mengembangkan model yang baru yang sesuai dengan sikon kita. Bisa dengan menciptakan yang baru atau cukup dengan memodifikasi model yang sudah ada.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi. Desain dan pengembangan sering dianggap sama oleh para ahli namun dari segi harfiah desain itu artinya membuat sketsa/pola/outline atau rencana pendahuluan. Sedangkan pengembangan artinya membuat tumbuh agar menjadi lebih baik, lebih besar, lebih efektif dan lain sebagainya.
Desain dan pengembangan memiliki keterkaitan karena dalam tubuh desain itu ada pengembangan. Desain pembelajaran memiliki 5 aspek penting yaitu: pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Adapun pengembangan itu merupakan proses menentukan, menciptakan situasi dan kondisi. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat dan rencana pembelajaran.







DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Hamzah. 2007. Perencanaan pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara
Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.
Hakim, Lukmanul. 2008. Prencanaan pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima
Baker, Robert L & Richard R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.
Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
Reigeluth, Charles M. 1983, “Instructional Design Theories and Models: An Overview of their Current Status”, London, Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Mukminan, 2004, “Desain Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain Pembelajaran”, Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY
Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Nirmana Vol. 1, No. 1, Januari 1999: 1-11.


[1] Lukmanul Hakim. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:  CV Wacana Prima Hal- 127
[2] Hamzah. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hal-22